Selasa, 25 Desember 2012

stres


STRESS
Menurut Selye (1936)
Stress adalah respon terhadpa berbagai kondisi lingkungan yang memicu psikopatologi dengan beragam criteria seperti penderitaan emosional, deteriorasi kinerja, atau berbagai perubahan fisiologis seperti meningkatnya konduktans kulit atau meningkatnya hormon tertentu.
Stress merupakan suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis.
Biasanya stress dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stress tersebu maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.

Jenis Stress
1.      Eustress: stress yang dapat menigkatkan kinerja (stress positif)
2.      Distress: Stress yang menimbulkan tekanan dan ketegangan

Stressor
1.      Kejadian hidup sehari-hari baik gembira dan sedih seperti:
·         Menikah/mempunyai anak
·         Mulai tempat kerja baru/pindah rumah/emigrasi.
·         Kehilangan orang yang dicintai baik meninggal atau cerai.
·         Maslah hubungan pribadi.
2.      Pelajaran sekolah maupun pekerjaan yang membutuhkan jadwal wajtu yang ketat, atau bekerja dengan alas an yang keras dan kurang pengertian.
3.      Tidak sehat
4.      Lingkungan seperti terlalu ramai, terlalu banyak orang ataun terlalu panas dalam rumah atau tempat kerja.
5.      Masalah keuangan seperti hutang dan pengeluaran di luar kemampuan.
6.      Kurang percaya diri
7.      Terlalu ambisi dan bercita-cita terlalu tinggi.
8.      Perasaan negative seperti rasa bersalah dan tidak tahu cara pemecahannya.
9.      Tidak dapat bergaul, kurang dukungan kawan.
10.  Membuat keputusan masalah yang bisa merubah jalan hidupnya atau dipaksa untuk merubah nilai-nilai/prinsip hidup pribadi. Yang dapat dilakukan.

Coping
Lazarus (1996), Coping: upaya manusia dalam mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya neggatif atau merespon situasi enuh stress.
Dua Dimensi Coping (Lazarus dan Folkman, 1984)
1.      Coping yang berfokus pada masalah
2.      Coping yang berfokus pada emosi
Reaksi Stress
a.       Reaksi pada aspek jasmaniah
Respon otomatis terhadap situasi yang menekan ditandai dengan kerja keras dari organ-organ yang ada dibawah system saraf simpatetik antara lain: pupil mata, produksi saliva menurun, paru-paru lebih mengembang karena oksigen lebih banyak, kadar gula dalam darah meningkat, jantung berdetak lebih keras, darah membawa oksigen dan glukosa lebih banyak sebagai sumber energy, kelenjar adrenalin memproduksi hormone adrenalin, pada limpa lebih banyak sel darah merah yang dikeluarkan dan membawa lebih banyak oksigen ke otot, pencernaan makanan terhenti dan energy dipusatkan ke otot. Bila situasi tetap tidak terkendali dan stress menjadi sesuatu yang kronis maka dapat beraibat munculnya berbagai macam penyakit.
b.      Reaksi pada aspek psikologis
Stress mempengaruhi pikiran dan perasaan seperti bingung, khawattir, perubahan pola tidur, makan, perilaku seks, konsentrasi menurun, tidak mampu berfikir jernih, tidak mampu mengambil keputusan, harga diri menurun, kepercayaan diri berkurang, putus asa dan depresi. Individu yang sering stress cenderung melarikan diri dari keyataan, misalnya mengkonsumsi alkohok dan obat-obatan.

c.       Reaksi pada aspek social
Kehabisan tenaga untuk berartisipasi aktif dalam kegiatan di lingkungan sekitar. Pikiran negative mengatakan bahwa diri ditolak orang lain, sehingga muncul keyakinan bahwa orang lain membenci dan menolak diri. Akibatnya menarik diri dari lingkungan, dan menjauh dari hubungan denagn orag lain.

d.      Reaksi pada aspek spiritual
Individu yang mengalami kegagalan, musibah, atau bencana sering merasa putus asa, mengeluh bahwa Tuhan tidak adil, dan tidak rela atas takdir Tuhan yang menimpa dirinya. Individu tidak mampu berfikir jernih dan mengambil hikmah dari cobaan-Nya, bahkan keputusannya yang dialami dapat makin menjauhkan diri dari Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar