STRESS
Menurut
Selye (1936)
Stress
adalah respon terhadpa berbagai kondisi lingkungan yang memicu psikopatologi
dengan beragam criteria seperti penderitaan emosional, deteriorasi kinerja,
atau berbagai perubahan fisiologis seperti meningkatnya konduktans kulit atau
meningkatnya hormon tertentu.
Stress
merupakan suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan
psikologis.
Biasanya stress dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stress tersebu maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.
Biasanya stress dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stress tersebu maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.
Jenis
Stress
1. Eustress:
stress yang dapat menigkatkan kinerja (stress positif)
2. Distress:
Stress yang menimbulkan tekanan dan ketegangan
Stressor
1. Kejadian
hidup sehari-hari baik gembira dan sedih seperti:
·
Menikah/mempunyai anak
·
Mulai tempat kerja baru/pindah
rumah/emigrasi.
·
Kehilangan orang yang dicintai baik
meninggal atau cerai.
·
Maslah hubungan pribadi.
2. Pelajaran
sekolah maupun pekerjaan yang membutuhkan jadwal wajtu yang ketat, atau bekerja
dengan alas an yang keras dan kurang pengertian.
3. Tidak
sehat
4. Lingkungan
seperti terlalu ramai, terlalu banyak orang ataun terlalu panas dalam rumah
atau tempat kerja.
5. Masalah
keuangan seperti hutang dan pengeluaran di luar kemampuan.
6. Kurang
percaya diri
7. Terlalu
ambisi dan bercita-cita terlalu tinggi.
8. Perasaan
negative seperti rasa bersalah dan tidak tahu cara pemecahannya.
9. Tidak
dapat bergaul, kurang dukungan kawan.
10. Membuat
keputusan masalah yang bisa merubah jalan hidupnya atau dipaksa untuk merubah
nilai-nilai/prinsip hidup pribadi. Yang dapat dilakukan.
Coping
Lazarus
(1996), Coping: upaya manusia dalam mengatasi masalah atau menangani emosi yang
umumnya neggatif atau merespon situasi enuh stress.
Dua
Dimensi Coping (Lazarus dan Folkman, 1984)
1. Coping
yang berfokus pada masalah
2. Coping
yang berfokus pada emosi
Reaksi
Stress
a. Reaksi
pada aspek jasmaniah
Respon
otomatis terhadap situasi yang menekan ditandai dengan kerja keras dari
organ-organ yang ada dibawah system saraf simpatetik antara lain: pupil mata,
produksi saliva menurun, paru-paru lebih mengembang karena oksigen lebih
banyak, kadar gula dalam darah meningkat, jantung berdetak lebih keras, darah
membawa oksigen dan glukosa lebih banyak sebagai sumber energy, kelenjar
adrenalin memproduksi hormone adrenalin, pada limpa lebih banyak sel darah
merah yang dikeluarkan dan membawa lebih banyak oksigen ke otot, pencernaan
makanan terhenti dan energy dipusatkan ke otot. Bila situasi tetap tidak
terkendali dan stress menjadi sesuatu yang kronis maka dapat beraibat munculnya
berbagai macam penyakit.
b. Reaksi
pada aspek psikologis
Stress mempengaruhi pikiran dan
perasaan seperti bingung, khawattir, perubahan pola tidur, makan, perilaku
seks, konsentrasi menurun, tidak mampu berfikir jernih, tidak mampu mengambil
keputusan, harga diri menurun, kepercayaan diri berkurang, putus asa dan
depresi. Individu yang sering stress cenderung melarikan diri dari keyataan,
misalnya mengkonsumsi alkohok dan obat-obatan.
c. Reaksi
pada aspek social
Kehabisan tenaga untuk
berartisipasi aktif dalam kegiatan di lingkungan sekitar. Pikiran negative
mengatakan bahwa diri ditolak orang lain, sehingga muncul keyakinan bahwa orang
lain membenci dan menolak diri. Akibatnya menarik diri dari lingkungan, dan
menjauh dari hubungan denagn orag lain.
d. Reaksi
pada aspek spiritual
Individu yang mengalami kegagalan,
musibah, atau bencana sering merasa putus asa, mengeluh bahwa Tuhan tidak adil,
dan tidak rela atas takdir Tuhan yang menimpa dirinya. Individu tidak mampu
berfikir jernih dan mengambil hikmah dari cobaan-Nya, bahkan keputusannya yang
dialami dapat makin menjauhkan diri dari Tuhan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar