Bab 1
Pendahuluan
a.
Latar
Belakang
Masa remaja seringkali dihubungkan
dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan tidakwajaran. Hal tersebut
dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas
ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari
tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi
pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan. Selain itu permasalahan yang terjadi di usia remaja merupakan
permasalahan yang sangat komplek bagi dirinya maupun orang lain.
Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa
remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila
tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai
kepuasan, kebahagian dan penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan individu
memenuhi tugas-tugas itu juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi
tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
Para ahli mengatakan ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
remaja dan permasalahan yang dihadapi. Faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan adalah keluarga. Di mana peran keluarga berpengaruh sangat besar
pada awal perkembangan individu. Dan peran keluarga juga sebagai pendengar dari
suara hati individu pada usia remaja.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada remaja seperti apa itu remaja,
tugas perkembangan remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan,dan
masalah-masalah yang sering terjadi di usia remaja.
b.
Rumusan masalah
”Apa itu remaja dan apa saja permasalahan yang sering
terjadi di usia remaja?”
c.
Tujuan masalah
”Untuk mengetahui pengertian remaja dan apa saja masalah
yang sering dihadapi.”
Bab II
Pembahasan
a.
Pengertian Remaja
Kata ”remaja” berasal dari bahasa Latin yaitu adolescene yang berarti to grow
atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Istilah adolescene
mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional
sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai
tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi juga golongan
dewasa atau tua.
Menurut para ahli
1.
De Brun 1990
Mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak
dan dewasa.
2.
Menurut Papalia dan Olds (2001),
Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara maa kanak-kanak dan
dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
usia akhir belasan tahun awal dua puluhan tahun.
3.
Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004:53)
Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan nasa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Batasan remaja menurut usia
kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Ada juga yang membatasi usia
remaja antara 11 hingga 22 tahun.
Lebih lanjut Thornburgh membagi usia remaja menjadi tiga
kelompok, yaitu:
a.
Remaja awal : antara 11 hingga 13 tahun
b.
Remaja pertengahan: antara 14 hingga 16 tahun
c.
Remaja akhir: antara 17 hingga 19 tahun.
Garis pemisah antara awal dan akhir masa
remaja terletak kira-kira disekitar usia 17 tahun; usia di mana rata-rata
setiap remaja memasuki sekolah menengah tingkat atas. Dan melanjutkan
pendidikan tinggi, mendorong sebagian besar remaja untuk berperilaku lebih
matang.
Karena rata-rata laki-laki lbih lambat
matang daripada anak perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa
remaja yang lebih singkat, meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap
dewasa, seperti halnya anak perempuan. Akibatnya, sering kali laki-laki tampak
kurang matang untuk usianya dibandingkan dengan perempuan. Namun adanya status
yang lebih matang, sangat berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.
Tahap Pubertas
Tahap Pubertas dapat diartikan sebagai
tahap pematangan atau proses matang. Tahap matang pada organ-organ reproduksi
tetapi belum sepenuhnya berkembang. Pada masa pubertas, hormon-hormon
yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik/tubuh juga mempengaruhi
dorongan seks remaja. Menurut Bourgeois dan Wolfish (1994) remaja mulai
merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam dirinya, misalnya
muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan
seksual.
Adapun
asumsi-asumsi tentang tahap pubertas:
1.
Masa puber merupakan fase negatif.
Bertahun-tahun yang lalu, Charlotte buhler menamakan masa puber sebagai
fase negatif. Istilah fase menunjukkan periode ang berlangsung singkat; negatif
berarti bahwa individu mengambil sikap ”anti” terhadap kehidupan atau
kelihatannya sifat-sifat baik sebelumnya telah berkembang.
2.
Pubertas terjadi pada berbagai usia
Dapat terjadi setiap saat atar-usia lima atau enam dan sembilan belas
tahun. Juga terdapat perbedaan waktu yang perlu untuk menyelesaikan proses
perubahan masa puber. Ini berkisar rata-rata dua sampai empat tahun, sedikit
lebih singkat daripada waktu yang diperlukan anak laki-laki.
3.
Kriteria pubertas
Kriteria yang paling sering digunakan untuk menentukan timbulnya pubertas
dan untuk memastikan tahap pubertas tertentu yang telah dicapai ialah haid,
basah malam, bukti yang telah diperoleh dari analisis kimia terhadap air seni,
dan foto sinar X dari perkembangan tulang.
4.
Hal yang menyebabkan perubahan pubertas
a.
Peran kelenjar Pituitary
Kelenjar pituitary mengeluarkan dua hormon; hormon pertumbuhan dan
gonadotrofik yang merangsang gonad untuk meningkatkan kegiatan.
b.
Peranan Gonad
Dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad, organ-organ seks yaitu ciri-ciri
seks primer bertambah besar dan fungsinya menjadi matang dan ciri-ciri seks
sekunder seperti rambut kemaluan mulai berkembang.
c.
Interaksi kelenjar pituitary dan gonad
Hormon yang dikeluarkan oleh gonad, yang telah dirangsang oleh hormon
gonadotrofik yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary, selanjutnya bereaksi
terhadap kelenjar ini dan menyebabkan berangsur-angsur penurunan hormon
perumbuhan yang dikeluarkan sehingga menghentikan proses pertumbuhan. Interaksi
antara hormon gonadotrofik dan gonad berlangsung terus sepanjang kehidupan
reproduksi individu dan lambat laun berkurang menjelang wanita mendekati
menopause dan pria mendekati climacteric.
Perubahan-perubahan pesat yang terjadi selama masa puber menimbulkan
keraguan, perasaan tidak mampu, dan tidak aman, dan dalam banyak kasus
mengakibatkan perilaku yang kurang baik. Dalam membahas perubahan-perubahan
ini, Dunbar menyatakan (16):
”Selama periode ini, anak yang sedang berkembang mengalami berbagai
perubahan dalam tubuh, perubahan dalam status termasuk penampilan, pakaian,
milik, jangkauan pilihan, dan perubahan dalam sikap terhadap seks dan lawan
jenis. Kesemuanya meliputi hubungan orang tua anak yang berubah dan perubahan
dalam peraturan-peraturan yang dikenakan kepada anak muda”.
Pada usia
tersebut, tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1.
Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan
teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis
2.
Mencapai peran
sosial maskulin dan feminin
3.
Menerima
keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
4.
Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua
dan orang dewasa lainnya
5.
Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
6.
Memilih
pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
7.
Mempersiapkan
diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga
8.
Mengembangkan
kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai
warga negara
9.
Menginginkan
dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial
10.
Memperoleh
rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang
disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan
baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa
gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan,
kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko
dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).
B. Permasalahan
pada remaja
Tidak semua remaja dapat memenuhi
tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa
masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:
- Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
- Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Elkind
dan Postman (dalam Fuhrmann, 1990) menyebutkan tentang fenomena akhir abad
duapuluh, yaitu berkembangnya kesamaan perlakuan dan harapan terhadap anak-anak
dan orang dewasa. Anak-anak masa kini mengalami banjir stres yang datang dari
perubahan sosial yang cepat dan membingungkan serta harapan masyarakat yang
menginginkan mereka melakukan peran dewasa sebelum mereka masak secara
psikologis untuk menghadapinya. Tekanan-tekanan tersebut menimbulkan akibat
seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan obat-obatan, depresi dan bunuh
diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan yang kronis.
Lebih
lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era teknologi maju dewasa ini
membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil untuk mengelola teknologi
tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi yang demikian
cepat dapat membuat mereka merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan
mengalami gangguan emosional.
Bellak
(dalam Fuhrmann, 1990) secara khusus membahas pengaruh tekanan media terhadap
perkembangan remaja. Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan
dimana segala sesuatu berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi
yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya
terus bertumpuk hingga mencapai apa yang disebut information overload.
Akibatnya timbul perasaan terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas
dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya.
Uraian di
atas memberikan gambaran betapa majemuknya masalah yang dialami remaja masa
kini. Tekanan-tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja,
ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali
mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian
diri atau ganguan perilaku. Beberapa bentuk gangguan perilaku ini dapat
digolongkan dalam delinkuensi.
Perkembangan pada remaja merupakan
proses untuk mencapai kemasan dalam berbagai aspek sampai tercapainya tingkat
kedewasaan. Proses ini adalah sebuah proses yang memperlihatkan hubungan erat
antara perkembangan aspek fisik dengan psikis pada remaja.
Selain
permasalahan yang terjadi pada perkembangan, rentan sekali remaja terjerumus ke
hal-hal yang berdampak negative. Diusia remaja, akibat pengaruh hormonal, juga
mengalami perubahan fisik yang cepat dan mendadak. Perubahan ini ditunjukkan
dari perkembangan organ seksual menuju kesempurnaan fungsi serta tumbuhnya
organ genetalia sekunder. Hal ini menjadikan remaja sangat dekat dengan
permasalahan seputar seksual. Namun terbatasnya bekal yang dimiliki menjadikan
remaja memang masih memerlukan perhatian dan pengarahan.
Hal ini
disebabkan oleh emosi yang tidak stabil itu menyebabkan mudah masuknya pengaruh
dari luar.
Remaja di
Indonesia cenderung berpikir sempit, remaja memang cenderung berpikir masa kini
saja. Barulah bila semakin bertambah usia, masa depan semakin diperhitungkan.
Penyebab perilaku seks bebas
Remaja
memiliki emosi yang luar biasa besar, seseorang cenderung menginginkan
perhatian yang lebih. Jika dalam keluarga seorang remaja tidak memperoleh
perhatian yang diinginkan, mereka cenderung mencarinya di luar lingkungan
keluarga.Cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang anak
dari keluarganya, cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari
orangtuanya, dan lain sebagainya yang menjadi hak anak dari orangtuanya. Jika
tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di jalan-jalan serta di
tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di lingkungan
yang tidak sehat bagi pertumbuhan jiwanya. Anak akan tumbuh di lingkungan
pergaulan bebas.
Ada sejumlah kesulitan
yang sering dialami kaum remaja yag betapa pun menjemukan bagi mereka dan orang
tua mereka, dan merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini. Beberapa
kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain:
1. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat
mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat
yang lain ia terlihat sebaliknya, periang, berseri-seri, dan yakin. Perilaku
yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Ini hanya perlu
diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan di sekolah atau dengan
teman-temannya.
2. Rasa ingin tahu seksual dan
coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya
berahi ialah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks sendiri
juga merupakan cirri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu
seksual dan berahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual.
3. Membolos, tidak ada gairah atau malas
ke sekolah sehingga ia lebih suka membolos masuk sekolah.
4. Perilaku antisocial, seperti suka
menggangu, berbohong, kejam, dan agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan
banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar ialah
pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila
terlalu keras atau terlalu lunak dan sering tidak ada sama sekali.
5. Penyalahgunaan obat bius.
6. Psikosis, bentuk psikologi yang
paling dikenal orang ialah skizofrenia.
7.
Perkembangan Psikis Remaja
Ketika
memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian yang
merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar sistem kepribadian
anak seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh media massa, keluarga, sekolah,
teman sebaya, budaya, agama, nilai dan norma masyarakat tidak dapat diabaikan
dalam proses pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali
berbagai faktor penunjang ini dapat saling mendukung dan dapat saling
berbenturan nilai.
Ada
beberapa factor yang dapat mempengaruhi perkembangan remaja:
1. Keluarga ( Rumah Tangga)
Dalam
berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja yang
dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni
keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi
berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan
dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah).
kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para
ahli, antara lain:
a.
Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation,
divorce)
b.
Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan
ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah
c.
Hubungan interpersonal antar anggota keluarga
(ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk)
d.
Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak,
dalam bentuk materi daripada kejiwaan (psikologis).
Selain daripada kondisi
keluarga tersebut di atas, berikut adalah rincian kondisi keluarga yang
merupakan sumber stres pada anak dan remaja, yaitu:
a.
Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu
b.
Terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga
c.
Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orangtua
atau oleh kakek/nenek
d.
Sikap orangtua yang dingin dan acuh tak acuh terhadap
anak
e.
Sikap orangtua
yang kasar dan keras kepada anak
f.
Campur tangan atau perhatian yang berlebih dari
orangtua terhadap anak
g.
Orang tua yang jarang di rumah atau terdapatnya isteri
lain
h.
Sikap atau
kontrol yang tidak konsisiten, kontrol yang tidak cukup
i.
Kurang stimuli kongnitif atau sosial
j.
Lain-lain, menjadi anak angkat, dirawat di rumah
sakit, kehilangan orang tua, dan lain sebagainya.
Sebagaimana telah
disebutkan di muka, maka anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sebagaimana
diuraikan di atas, maka resiko untuk berkepribadian anti soial dan berperilaku
menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/maja yang dibesarkan dalam
keluarga yang sehat/harmonis (sakinah).
2. Sekolah
Kondisi
sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik,
yang pada gilirannya dapat memberikan “peluang” pada anak didik untuk
berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain;
a.
Sarana dan prasarana
sekolah yang tidak memadai
b.
Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai
c.
Kualitas dan
kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai
d.
Kesejahteraan guru yang tidak memadai
e.
Kurikilum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan
agama/budi pekerti yang kurang
f.
Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya.
3.
Masyarakat (Kondisi Lingkungan Sosial)
Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau “rawan”, dapat
merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang.
Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor
kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria
dari kedua faktor tersebut, antara lain:
a. Faktor Kerawanan Masyarakat (Lingkungan)
1)
Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut
malambahkan sampai dini hari
2)
Peredaran
alkohol, narkotika, obat-obatan terlarang lainnya
3)
Pengangguran
4)
Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
5)
Wanita tuna susila (wts)
6)
Beredarnya
bacaan, tontonan, TV, Majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan
kekerasan
7)
Perumahan kumuh dan padat
8)
Pencemaran lingkungan
9)
Tindak kekerasan dan kriminalitas
10) Kesenjangan
social
Secara
umum,masalah yang terjadi pada remaja dapat diatasi dengan baik jika orang tua
termasuk orang tua yang cukup baik . Donald Winnscott, seorang psikoanalisa
dari Inggris memperkenalkan istilah good enough mothering, ia menggunakan
istilah ini untuk mengacu pada kemampuan seorang ibu untuk mengenali dan member
respon terhadap kebutuhan anaknya, tanpa harus menjadi ibu yang sempurna.
Sekarang laki-laki pun telah “di ikutsertakan”, sehingga cukup beralasan untuk
membicarakan tentang “menjadi orang tua yang cukup baik”.
Tugas-tugas
yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik, secara garis besar adalah:
1.
Memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok;sandang,
pangan, dan kesehatan.
2.
Memberikan ikatan dan hubungan emosional, hubungan
yang erat ini merupakan bagian penting dari perkembangan fisik dan emosional
yang sehat dari seorang anak.
3.
Memberikan suatu landasan yang kukuh, ini berarti
memberikan suasana rumah dan kehidupan keluarga yang stabil.
4.
Membimbing dan mengendalikan perilaku.
5.
Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal
ini diperlukan untuk membantu anak anda matang dan akhirnya mampu menjadi
seorang dewasa yang mandiri.
6.
Mengajarkan cara berkomunikasi, orang tua yang baik
mengajarkan anak untuk mampu menuangkan pikiran ke dalam kata-kata dan memberi
nama pada setiap gagasan, mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara
tentang hal-hal yang terkadang sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan dan
amarah.
7.
Membantu anak anda menjadi bagian dari keluarga.
8.
Memberi teladan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar